MERAIH MIMPI DAN CINTA
Kayuhan sepedaku semakin kencang,
di atas kerikil kerikil jalanan yang
begitu halus bagaikan jalan setapak menuju puncak gunung. Aku sangat focus dan
berhati hati mengendalikan sepedaku. Ya inilah jalan yang kulalui setiap hari
untuk menuju sekolah ku, jalan setapak dan sungai kecil harus kulalui setiap
hari hanya demi menuntut ilmu, meraih mimpi dan cita citaku dari kecil sebagai
GURU. Perkenalkan sosok ku ini, “Mariyo Kamilajo” (bukan Mario) walau aku tak
sekeren dan seganteng nama ku tapi kepribadianku dan semangat belajarku sekeren
nama ku, nama tersebut adalah nama terindah yang ku dapat dari sosok bidadari
ku dan pahlawanku >> amak dan abah ku :’) mereka adalah sosok yang
membuatku selalu semangat dan pantang
menyerah menjalani kehidupan yang begitu fana.
Di sini
lah tempatku menuntut ilmu, sekolah favorit di daerah ku. Berkat predikat ku
sebagai siswa berprestasi aku mendapatkan beasiswa untuk menuntut ilmu di sini,
jadi aku tidak repot repot untuk meminta abah dan amak ku untuk membiayai ku
sekolah, lagipula mana cukup, abah hanyalah buruh tani yang bekerja bergantung
pada musim, dan amak bekerja sebagai penjual nasi pecel keliling, tapi aku
sangat bersyukur karena kami sekeluarga masih bisa makan tiap harinya.
Ku parkirkan sepeda tua ku di
parkiran sekola, yang sejajar dengan sepeda sepeda motor siswa lain. Aku tak
pernah merasa minder ataupun malu karena malu dan minderku terkalahkan oleh
semangat juang ku untuk bersekolah meraih mimpi dan cita cita. Aku berlari
menuju kelas ku Dua belas IPA 1 di lantai dua, ku lihat teman teman kelas yang
sudah banyak datang awal, termasuk sahabat ku reno, dan pasangan paling serasi
di sekolah ku, Fanya dan Teo. Ya mereka
adalah sepasang kekasih yang menjalin kasih 2 tahun kurang lebih. Ku
akui mereka cocok fanya yang berparas cantik dan cerdas serta teo yang katanya
sih cakep se cakep bintang boyband serta anak dari kepala sekolah ku. Tapi ada
yang kurang dari mereka sikap teo yang urak’an, dan sedikit nakal membuat fanya
bersabar menghadapi kekasih nya. Aku heran kenpa sosok polos Fanya bisa jatuh
hati dengan Teo yang seperti itu. Aku pun segera menempati tempat dudukku barisan
nomor satu tepat di depan meja guru. Segera kupersiapkan buku matematika dan
catatan ku. Hari ini ulangan matematika bab logaritma dan pertidaksamaan.
Ulangan
pun berlangsung, aku bersungguh sungguh mengejarkan soal ulangan,aku telah
mempersiapkan dengan matang semalam, tak ku hiraukan teman belakang ku yang
mencolek colek ku sebagai tanda meminta jawaban, dan teman samping ku yang
mencontek. Satu jam sudah berlalu, waktu mengejarkan habis pak guru segera
menarik lembar jawab. Dan jam pelajaran matematika pun sudah habis, waktu
istirahat datang, aku segera menuju perpustakaan untuk sekedar membaca buku dan
membaca berita berita Koran terbaru, wajarlah karena di rumah ku tidak ada
televise, jadi aku tidak bisa meng update berita negri ini.
Bel berbunyi 3 kali pertanda
waktu pulang, aku segera keluar kelas menuju parkiran untuk mengambil sepeda
ku, aku terburu buru karena aku sudah berjanji pada abah untuk membantunya di
sawah, ku kayuh sepedaku keluar gerbang sekolah ku tercinta, tapi di tengah
jalan ada yang aneh, ban sepedaku belakang ternyata bocor. Aku segera turun,.
“Ya ALLAH
siapa yang bocorin ban ku? Padahal tadi pagi banya masih oke kok” keluhku. Aku begitu
resah karena binggung apa yang harus aku lakukan, pastinya aku tak punya uang
untuk memperbaiki ban ini, dan sisi lain abah pasti menunggu ku. Akhirnya kau
pun menuntun sepedaku pulang. Di tengah perjalanan tiba tiba Honda matic
berhenti di dekatku, ternyata fanya.
“Mario,
kenapa kamu tuntun sepedamu?” Tanya dia
“hehe ini lo
fan, banya bocor aku gak tahu kenapa tiba tiba bocor, padahal tadi pagi masih
baik baik aja” jawabku
“siapa yang
tega sih bocorin sepedamu, ya udah aku anter ke bengkel yuk aku mumpung nggak
sibuk dan terburu buru kok, kasihan kamu harus nuntun sampek rumah”
“nggak usah
fan, biar aku dan abah ku dandanin di rumah, aku nggak punya uang buat
bengkelin ini ban”
“hmm.. udah
deh, nanti biar aku yang bayar! Cepetan naikin tuh sepedamu sama kamu”
“hemm
makasih ya fan”
Aku dan fanya pun menuju bengkel terdekat dan fanya mengantarkanku
pulang karena sepedaku harus di tinggal di bengkel lagian kasian abah yang menunggu
ku.
*dalam
perjalanan
“rumah kamu
jauh juga ya, jalanya jelek lagi, kamu nggak capek apah setiap hari nyepeda
menuju sekolah dengan jalan kayak gini?”
“haha ya
beginilah desa ku fan, masih asri tanpa terkontaminasi negatifnya globalisasi, nggak
capek kok, aku udah terbiasa, ngomong
ngomong kamu gak di cari’in ayah atau ibu kamu atau mungkin si teo?”
“nggak aku
dah sms ayah ku kok, emm sebenarnya tadi udah janjian sama teo buat makan siang
bareng, eh malah aku di tinggal ps’an sama dia. Huh ya udah deh aku pulang, eh
malah ketemu kamu”
“haha sabar
ya fan. Emmmakasih banget ya.”
Setiba di rumah aku langsung
turun, amak ku sudah menunggu ku di depan rumah
“iyo.. ya
ALLAH nak, tak kira kamu kenapa napa, kok pulang nya telat nak? Kamu gak papa
to?” Tanya amak heboh “hla ini neng cantik siapa?”
“aduh aduh
mak, riyo nggak papa kok, cumin tadi ban riyo bocor ini nih si fanya yang
bantuin riyo”
“Asslamaualaikum
buk” *sambil cium tangan
“atuh neng
makasih sangat ya, udah mau bantuin riyo, dan mau nganterin riyo pulang, mampir
geh, minum dulu neng”
“nggak usah
repot repot ibuk, mau langsung pulang aja, udah di tunggu mamah”
“ya
udah deh, amak ke belakang dulu ya nak”
“ini rumah
kamu yo? Sederhana banget sihh, kamu betah tinggal di sini?” Tanya fanya heran
“haha betah
la fan, yang bikin betah amak dan abah aku nih. Kamu nggak maumapir dulu fan?”
“nggak usah,
aku langsung pulang aja, duluan ya yo, pamitin sama ibu kamu”
“iya deh,
hati hati ya fan, makasih banget lo ya”
“hu’um, oh
ya, besok pagi pagi aku jemput kamu ya nanti kita ambil sepedamu ke bengkel”
“nggak usah
fan, aku jalan kaki aja nggak papa kok”
“ah, nggak
usah gitu deh! Harus taat sama fanya sahkina!, hehe duluan ya yo, semangat!
Asslamualaikum.”
“waalaykumsalam
fan, makasih lo ya, hati hati.
Pagi pagi sekali si fanya sudah
bersiap di depan rumah ku untuk menjemputku, aku pun segera berpamitan dengan
amak dan abah.
Aku dan
fanya segera berangkat dan menuju bengkel, setelah menggambil sepeda aku
mengayuhnya menuju sekolah yang tak jauh dari bengkel tersebut, fanya dengan
motornya mengikuti ku dari belakang,
Sesampainya
di parkiran aku memakirkan sepedaku berdampingan dengan fanya.
“haha kamu
itu kalo lagi ngayuh sepeda semangat banget, lucu bentuk kamu.. hahah” ejek
fanya
“biasa,, aku
mantan atletis racing onthel tauk hahah”
“haha bisa
aja kamu, yuk ke kelas”
Dan ketika
sampai di tangga menuju lantai dua aku di tarik teo.
“maksud kamu
apa? Beraninya lo deketin cewek gue? Lo mau hancurin hubungan gue?”
Aku hanya
terdiam
“apa’an sih
teo!” fanya segera menarik tangan ku dan naik menuju kelas.
*sesampainya
di kelas
“fan si teo
cemburu tuh, kamu jelasin deh, aku kan gak ada apa apa sama kamu, daripada
nanti salah pemahaman.”
“iya.. nanti
aku jelasin, kamu tenang aja kalo teo macem macem sama kamu biar aku yang
ngingetin dia”
Aku pun
hanya tersenyum
Hari ini pembagian hasil
ulangan, dan ternyata aku adalah siswa yang mendapat nilai tertinggi di kelas,
dengan score sempurna 100. Aku bersyukur ternyata usaha ku belajar terbayar
dengan hasil yang memuaskan. Saat istirahat aku menuju perpustakaan, dan
terlihat si fanya mengikutiku
“eh kutu
buku! Mau ke perpus ya? Ikut dong… “
“hha ayok,
kamu juga mau jadi kutu?” jawabku
“ah.. riyo!
Bisa ajah!”
Aku pun
membaca buku di meja yang sama dengan fanya
“ehem.. cie
yang nilai mate nya 100, makan makan dong.. “ jail fanya
“he? Apaan?
Mana punya uang sih fan, buat makan sama amak dan abah aja gak ada, masak buat
makan sama kamu, heheh”
“hehe,
bercanda kok yo…, aku ajarin dong, materi logaritma bener bener gak bisa aku”
“kalo mau
latihan gampang kok”
“emm.. nanti
sore kerumah ku yuk ajarin aku belajar matematika, biar aku bisa dapet nilai
100 kayak kamu, mau yam mau”
“iya
deh”
Sepulang
sekolah aku langsung menuju rumah fanya untuk mengajarinya matematika. Tapi
tiba tiba si teo hadir, dengan segera dia menarik ku.
“keterlaluan
ya kamu, lama lama kamu berani, sok pahlawan lu!”
“teo! Nggak
sopan banget sih, si riyo Cuma mau ngajarin aku matematika tauk!”
“ah.. kamu
kebanyakan alesan! Sudahlah” teo mendorong fanya dengan keras dan fanya
terjatuh. Ia pun bergegas pergi, aku segera membantu fanya untuk bangun
“fan, lebih
baik aku segera pulang, aku emang terlalu deket sama kamu, hingga teo cemburu,
lebih baik kamu segera baikin dia dan jelasin semua, aku gak mau di bilang temen
makan temen. Mungkin lain waktu saja aku mengajarkanmu matematika, maaf fan aku
menggangu mu,” aku pun segera keluar dan mengayuh sepeda ku kerumah.
Di perjalanan pulang si teo
kembali menemui ku dengan kedua teman nya, aku terjatuh dari sepeda,
“hey Mariyo,
sekali lagi aku ingetin lu, kalo besok aku masih liat kamu deket sama fanya
jangan harap lu bisa pulang dan masih bisa bersekolah”
Mereka
bergegas meninggalkanku, aku pun mencoba berdiri, dan kembali mengayuh sepedaku
untuk segera pulang. Perasaan ku benar
benar tidak karuan di lain sisi aku benar benar nyaman berteman dengan fanya
yang baik banget tapi sisi lain teo yang ego nya tinggi tidak pernah ngerti’in
apa yang sebenarnya terjadi.
*sesampainya
di rumah
“kamu kenapa
nak? Kok lesu gitu? Baju mu kotor banget toh?”
“nggak papa
mak, tadi cumin jatuh aja kepleset belut heheh” ajak ku bercanda
“halah
anak mak ini koplak banget toh, ya udah geg mandi sama makan sono!”
Suasana kelas hari ini beda,
entah kenapa si fanya dan teo berjauhan, dan fanya terlihat begitu diam tanpa
suara, teo asik sendiri dengan kelompok nya. Aku heran dan penasaran apa mereka
belum baikan? Dan apakah mereka putus?.
Seperti
biasanya semenjak fanya mengenalku di hobi juga membaca di perpus, tapi kali
ini dia tak banyak bicara walo satu meja dia hanya diam ngepoin buku nya, dia
hamper tak pernah berkata “hai” “helo” atau pun lainya yang biasanya cerewet,
dan ketika ku sapa dia cuek. Aku pun hanya pasrah dengan keadaan.
Ketika
pulang sekolah aku melihat fanya dan teo berantem di parkiran sekola teo hamper
menampar pipi fanya, tapi aku segera lari dan menahanya
“teo!
Hentikan!”
“eh lu,
nagapain ikut campur lagi urusan ku?”
“aku mau
jelasin sama kamu! Apa yang sebenarnya terjadi diantara kita semua, kamu salah
paham Te! Kamu nggak pernah dengerin penjelasan fanya! Fanya masih sayang
banget sama kamu, lihat sabarnya dia ngehadapin sikap mu selama ini, aku dan
fanya hanya sebatas teman! Diam nya fanya itu karena dia pengen kamu sadar atas
semua ini! Dia masih sayang dan cinta kamu! Kamu nya aja yang nggak pernah
ngertiin dia. Kamu sibuk sendiri dengan ego mu. Dan aku.. aku hanya teman dari
kamu dan fanya, sebagai teman aku pengen nglurusin semua ini, lagian bentar
lagi kita ujian, nggak perlu lah ada kayak ginian, kita focus sama mimpi kita
dan kelulusan kita!” panjang nan lebar aku menjelaskan pada teo
“makasih
riyo! Aku sadar, aku terlalu egois, hanya mentingin diriku sendiri!aku kagum
sama kamu yo, makasih atas semua nya. Fanya maafin aku ya.. aku sayang kamu”
*pelukan
Jum’at ceria adalah julukan hari di kelas IPA 1 dimana jum’at adalah
hari yang bebas ulangan dan tugas, dan wajah wajah ceria Nampak di penghuni IPA
1, tak terkecuali si fanya dan teo yang kembali baik dalam menjalin hubungan
seperti sedia kala. Hubunganku dengan fanya dan teo lebih baik juga dari
sebelumnya kami sering belajar bersama, latihan latihan Soal bersama, membaca
buku di perpus bersama.. dan pada akhirnya nilai UN matematika kami 100. Itu
adalah kado terbaik yang kami berikan untuk orangtua kami.
Pelajaran yang
dapat kita ambil :
·
Jangan pernah menyerah untuk meraih mimpi walau
banyak rintangan
·
Jangan terlalu mementingkan diri sendiri (Egois)
·
Jagalah Persahabatan, karena sahabat adalah
sosok setia yang melangkah bersama kita
·
Kesalah pahaman harus segera di luruskan sebelum
permasalahan menjadi besar.
·
Kerjakan test kemampuan mu dengan kejujuran
untuk mengetahui seberapa jauh kemampuanmu
Komentar
Posting Komentar